FAKTAHUKUMNTT.Com – Banjir akibat meluapnya Kali Motamoruk telah mengakibatkan kerusakan parah pada areal persawahan masyarakat di Desa Laleten dan Desa Lakulo. Banjir bandang tersebut diketahui terjadi pada Senin, 6 Januari 2024.

Petrus Tae, salah seorang petani yang lahannya terdampak, mengungkapkan keprihatinannya atas kejadian ini.
“Saya sudah puluhan tahun bertani di sini. Ini bencana terparah yang pernah saya alami,” ujarnya.

Penyempitan aliran kali akibat tumpukan material dan puing-puing pohon yang terbawa arus menjadi penyebab utama banjir tersebut. Kondisi ini membuat warga mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan.

Mereka meminta Kepala Desa Laleten dan Kepala Desa Lakulo untuk turun langsung ke lapangan guna meninjau kerusakan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk kemudian dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malaka.

“Kami berharap pemerintah bisa segera melakukan normalisasi Kali Motamoruk,” ujar Petrus Tae.
“Dengan begitu, kami bisa kembali mengolah lahan pertanian kami dan berharap mendapatkan hasil panen yang baik di musim penghujan ini,” tambahnya.

Petrus Tae juga meminta pemerintah segera memperbaiki kerusakan pada Jalan Usaha Tani (JUT) yang masuk ke areal persawahan dari Dusun Umalor.
“JUT dari Dusun Umalor menuju areal persawahan juga sangat parah. Hal ini sangat menghambat proses distribusi alat & bahan pertanian yang dibutuhkan serta hasil pertanian kami,” pungkasnya.

Tidak hanya Petrus Tae, warga lainnya juga menyampaikan harapan yang sama. Mereka meminta agar pemerintah tidak hanya fokus pada Kali Motamoruk, tetapi juga meninjau kondisi Kali Motadelek yang menyapu wilayah desa Haliklaran dan Kali Benenai yang juga kerap menimbulkan banjir di Desa Oan Mane dan sekitarnya.

Ketua Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) Kabupaten Malaka, Ignasius Wandelinus Manek, turut menyuarakan pentingnya penanganan serius terhadap bencana ini.

“Pemerintah harus segera turun tangan untuk membantu masyarakat yang terdampak. Tidak hanya di Desa Laleten dan Desa Lakulo, tetapi juga di daerah-daerah lain yang mengalami banjir,” ujar Iwan, Alumni GMNI Malang tersebut.

Iwan juga meminta agar pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan sungai di Kabupaten Malaka. “Perlu ada upaya jangka panjang untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang,” tegas Iwan petani Millenial asal Desa Leunklot tersebut.

Kerusakan lahan pertanian akibat banjir ini tentunya berdampak besar pada perekonomian masyarakat di Desa Laleten dan Desa Lakulo yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat segera merespon keluhan warga dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ini.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.