Oleh : Anima

Masyarakat kelas merusak cinta

Apa yang harus dibahas tentang cinta dalam masyarakat kelas adalah bagaimana pertantangannya, mereka yang diuntungkan dan yang jadi korban. Polemik dan bentuk penindasannya adalah akar untuk mendalaminya.

Pandangan ini mengandung bahaya, kerangka itu memungkinkan bahwa cinta dalam ancaman, terpecah-pecah dan penuh dengan konflik. Makna dari cinta menjadi absurd. Sebab, cinta diproduksi dan diatur sedemikian rupa mengikuti logika kelas.

Karenanya, mengharapkan cinta berproses mengikuti tahapan evolusi manusia adalah kemustahilan. Malah berproses mengikuti kehendak kaum penindas.

Cinta ketika dipandang sebagai hubungan antar individu yakni laki-laki dan perempuan, maka mudah saja dipahami. Tapi, menjadi sukar dalam masyarakat kelas, cinta tak menemukan kehendak bebas. Nilainya ditentukan oleh tradisi yang telah mengakar dan tradisi baru yang sedang dicangkokkan.

Cinta dianggap sebagai komoditas atau barang dagangan. Cinta tak lebih penting dari seks. Cinta tak lebih dari sarana untuk membentuk kualitas manusia, sebagai aktivitas yang teralienasi dan tidak juga sebagai tindakan dalam kegiatan revolusioner.

Singkatnya, cinta menjadi subsistem, sekaligus sebagai objek yang tereduksi dari makna sejatinya. Kemudian dipersepsikan sebagai pelayanan atas kepuasan tuan-tuan berkelas seperti pemilik budak, raja atau bangsawan dan pemilik modal. Bahkan, lebih dari pada itu adalah untuk kepentingan bisnis. Melalui industri perfilman dan karya-karya tulis lah metode hegemoni dari kelas penguasa.

Laki-laki dan perempuan dipaksa ataupun terpaksa untuk menerima, membenarkan, kemudian memperagakan adegan dan tutur dalam film atau gambar-gambar bernuansa kelas. Pikiran kita diseting untuk memiliki imajinasi subjektif tentang kriteria-kriteria tertentu yang akan dijadikan pasangan ideal.

Ambil contoh, lelaki tampan adalah yang berkulit putih, tidak hitam legam, tinggi dan berotot. Sedangkan, perempuan cantik selalu identik dengan berkulit terang, hidung mancung, bibir sensual, payudara dan bokong yang menggoda.

Industri menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai objek kepentingan, keuntungan. Industri seksualisasi tubuh perempuan dengan perempuan sendiri jadi subjek sekaligus objek. Sosiolog Catherine hakim menyatakan bahwa kapital erotis dari perempuan adalah kecantikan, daya tarik seks, ketrampilan sosial dan keaktifan strategi presentasi diri.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.